aku pun pulang diantar aa dengan motor, sedangkan ummi
juga naik motor bersama tetangga yang membantu kami. Menuju rumah tetangga gempar, ya tentu saja karena tadi pagi aku masih happy mau berenang bersama ponakanku membawa ban dan pelampung anak, tapi kini aku kesulitan melangkah dan tanganku lurus karena disangga kayu. Apa (ayah) juga menasehatiku agar lebih berhati-hati jika melangkah, dan harus melihat ke arah jalan.
Paska kecelakaan itu, otomatis membuat aktivitasku menjadi sangat pasif. Hanya bisa duduk di kursi, tidur pun harus di kasur yang tinggi. Yang lebih menyedihkan lagi adalah makan, shalat, wudhu, mandi tidak lagi bisa dilakukan sendiri. Ummi yang sabar dengan telaten mengurusku. Beberapa kali aku ketukang urut untuk mengganti perban dan memastikan letak tulangku, tapi sungguh memang karena tidak rutin ke bengkel tulang, karena keukeuh pengen skripsi, akhirnya tangan kiriku otomatis mengalami pengapuran dan tidak bisa digerakkan, seakan-akan tidak ada engsel di siku.
Hari itu, pak bengkel tulang memaksakan tangan kiriku untuk melipat sehingga terdengarlah bunyi "krek" disertai rasa sakit yang tidak bisa dilukiskan, bisa dibilang rasa sakitnya benar-benar tidak pernah terasa sumur hidupku waktu itu.
Pemaksaan melipat tangan kiri oleh bengkel tulang itu, praktis membuatku trauma dan tidak ingin lagi pergi kesana, beberapa hari kemudian tangan kembali kaku dan tidak bisa dilipat. Dari kejadian itu muncullah opsi untuk mengoper cederaku ke rumah sakit, karena saat itu aku sangat trauma dan tidak ingin sama sekali pergi ke bengkel tulang lagi. Maka tanpa menunggu lebih lama lagi esoknya kita ke rumaah sakit di sekitar Ciumbuleuit. Disana sempat sedikit dinasehatin dokter karena telah memilih bengkel tulang setelah kejadian karena jika langsung ke rumah sakit, penanganan tulang seperti ini samasekali tidak rumit. Namun sekarang berubah karena sudah lama dan sudah ada pengapuran pada tulang. Dokter menyarankan operasi dengan opsi memasang pen, untuk meluruskan tanganku 180 derajat selamanya atau membengkokkan tanganku 90 derajat selamanya. Menangislah aku dan ummi disana, bagaimana mungkin tangan kiriku tidak bisa lagi normal, air mata menetes tanpa diminta. Kami pun diminta ke mesin kasir untuk menanyakan biaya operasinya. Aku menunggu di bangku sedangkan ummi berjalan ke arah kasir, dibangku rumah sakit aku melihat ummi menuju kearahku dengan muka pucat, aku pun bertanya berapa biayanya ummi bilang paling murah adalah 18 juta. Akupun menangis lagi, karena tahu darimana kami sekeluarga mendapat uang sebanyak itu. Aku pun bilang pada ummi untuk membiarkan saja tanganku tanpa dioperasi.
Hari-hari pun berlalu, tak jarang aku menangis di depan ummi, menangis dan meminta maaf karena diusiaku yang sudah dewasa ummi masih harus mengurusku, memandikanku, membantu wudhu, dan memberi makan. Aku juga meminta maaf karena sebagai seorang anak menjadi tidak berguna dan tidak bisa membalas kebaikanku. Aku meminta maaf karena telah menjadi anaknya, seorang anak yang miskin harta dan tidak berguna. Ummi berulangkali mengingatkanku untuk sering beristighfar dan sabar. Akupun berusaha optimis atau setidaknya bersikap optimis demi ummi.
Setelah menelantarkan skripsi sekitar satu bulan aku pun nekat melanjutkan skripsi dengan mengetik satu tangan, dengan tangan kanan. Bismillah, dan akhirnya aku berhasil merampungkan skripsi dan dijadwalkan melaksanakan sidang akhir pada tanggal 14 Juni, tepat seminggu setalah ulang tahun. Saat sidang itu seorang dosen yang menjadi penguji adalah dosen yang mengajarku keuangan internasional, maka ia pun menanyakan kondisiku dan menyarankan untuk mendiskusikan masalah tulangku ke rs halmahera, tempat dimana keponakannya pernah operasi disana.
Aku dan Ummi pun pergi ke RS. Halmahera tanpa sedikitpun memiliki harapan yang terlalu tinggi. Kita berusaha tawakal dengan keadaan. Saat diperiksa dan di rontgen, dokter ahli tulang itu lalu menawarkan ODS (one day surgery), dimana setelah masuk ruang operasi, melaksanakan operasi maka pasien langsung pulang. Kita pun kaget karena perlakuan yang berbeda dari dokter rumah sakit sebelumnya, diagnosis yang cukup berbeda dan penanganan yang berbeda pula. Kitapun menanyakan biaya operasi dan sekitar tujuh juta katanya. Setelah mendiskusikan dengan Apa, maka kita sepakat untuk melakukan operasi di halmahera saja, Apa pun harus merelakan uang tabungannya untuk biaya operasi. Padahal aku tau sekali ada barang yang diinginkan apa kala itu.
Tanggal operasi pun ditentukan, itu adalah hari ke 3 Ramdhan pada taun 2013. Operasi pun dilakukan sesuai jadwal, dan aku pun dibius, sama sekali tidak ingat apa-apa. Ketika terbangun, aku terharu karena keadaan tangan kiriku sudah berbelok 90 derajat dan terlihat di gips. Kitapun langsung pulang, saat itu karena masih puasa, akupun tak berniat membatalkan puasaku, sebentar lagi, karena operasi berakhir pukul 3 sore. Kami pun pulang naik taksi, aku pun banyak mengobrol dengan Ummi dan Apa saking bahagianya karena tangan kiri sudah bisa melipat walau hanya 90 derajat dan akan diusahakan untuk bisa bergerak semaksimal mungkin, artinya tidak dibuat kaku seumur hidup seperti diagnosis rumah sakit sebelumnya.
Dirumah aku juga senang, namun menginjak pukul 5 sore, tanganku sakit sekali, kata ummi mungkin karena obat bius sudah hillang jadi terasa sakit, sakit sekali rasanya, ummi beberapa kali menawariku untuk berbuka karena ada obat 'pain killer' yang bisa dimakan untuk mengurangi rasa sakitnya. Akupun bersikeras tidak mau karena maghrib segera akan tiba, akupun memilih bertahan, dan air matapun mengalir karena menahan sakit yang teramat sangat.
Setelah operasi pun, ummi mengantarku fisiotherapy 3 kali seminggu, dan aku merasa sedih melihat ummi yang sesekali tertidur di ruang tunggu karena kelelahan. Dari fisiotherapy sekitar sebulan itu, tangan kiriku juga sudah mulai bisa digerakkan, walau memang tak senormal tangan biasanya tapi aku sangat bersyukur tanganku bisa digerakkan, dan bisa beraktivitas normal walau kadang beberapa gerakan sudah tak mungkin lagi dilakukan.
Dua tahun hampir berlalu setelah kejadian itu, jika mengingat kebelakang, bagaimana pengorbanan ummi selama aku sakit, terkadang air mata mengalir, tidak ada yang bisa menggantikan kebaikan dan kesabaran ummi. Dulu pernah saat benar-benar putus asa aku berkata "Mi, kalo semua orang sudah tidak menginginkan ayi karena ayi tidak berguna, ummi masih mau kan bersama ayi, walau ayi merepotkan." dan ummimenjawab, "iya tentu saja, ayikan putri ummi." Ummi I love you, walau setelah dua tahun kini, ayi kembali mengalami cidera engkle dan harus di gips, ummi masih setia mengurus ayi. Dalam dua tahun terakhir tak terhitung jasa yang ayi rasakan dari kasih sayang ummi, ayi masih ingat setelah operasi tulang dua tahun lalu itu, setalah tangan membaik, aku terkena vertigo, setelah vertigo agak membaik, ceu-ceu (anak ke 4) terkena meningitis, bahkan teteh (anak ke 3) sempat ke ugd karena masalah perut. Kini ceu-ceu melahirkan, ummi harus ikut sibuk dengan mengurus cucu. Dan aku malah kembali mengalami cidera, merepotkanmu kembali. Selain cidera vertigo juga kembali kambuh karena posisi shalat yang tidak bisa normal, sehingga sujud juga tidak mampu.
Ummi, ayi menyesal udah menjadi anak yang tidak berguna. Seorang anak yang bahkan menjadi pengangguran yang pesakitan setelah pekerjaan disebuah bank syariah pun harus aku lepas karena kondisi fisikku. Jika Ummi bisa memilih anak yang dilahirkan tentu ayi berharap ummi tak memilih ayi karena ayi tahu ayi malah menjadi beban ummi ketika dewasa. Tapi, mi jika ayi yang boleh memilih dilahirkan dirahim siapa, ayi tetep akan memilih ummi sebagai ummi ayi. Karena kenapa mi? karena hanya ummi, ibu yang sabar dengan segala sifat jelek ayi, dan sabar dengan segala hal yang menimpa ayi. Jika seorang anak bisa menyelamatkan sang ibu dari api neraka, bisakah sang ibu menyelamatkan anaknya dari api neraka? ayi takut tidak bisa berkumpul kembali dengan ummi disurga karena amalan dan dosa ayi yang menggunung.
Ummi selama dua tahun ini, ayi tau ummi tak sehat lagi. Sering merasakan sakit di kaki. Sering kurang tidur juga dan pusing tapi ummi selalu kuat di depan anak-anaknya. Ummi maafin ayi belum bisa ngasih banyak perhatian, ayi harap kita bisa kumpul bersama di surga.I LOVE U MOM.
No comments:
Post a Comment