Pengaguran terselubung? SEMANGAT!!! (Part 1)



Sarjana
Ekonomi. Ya, gelar itu resmi Nurul sandang saat lulus tahun 2013 silam. Perjalanan panjang menemukan pekerjaan pun Nurul alami. Mengikuti setiap pameran lowongan pekerjaan.  Melirik internet dan melihat koranpun tak ketinggalan.

Kondisi kesehatan yang menurut paska kecelakaan di tahun 2013 awal berhasil membuat Nurul putus asa, tidak jarang tangis menjadi teman keseharian. Ketika gelar yang sudah didapat tidak bisa lagi menjadi modal untuk perusahaan bonafit yang diidam-idamkan. Ketika dokter di sebuah Rumah sakit menolak untuk operasi karena posisi tulang yang sudah jauh dari posisi awal. Tangis kami pun pecah kala itu. Ummi yang menemani tak kuasa menahan tangis saat mengetahui biaya yang luar biasa besarnya, tapi bukan itu yang Ummi tangisi tapi bagaimana anak bungsunya yang cerewet dan penuh tawa kini tidak bisa memiliki tangan yang normal. Perasaan bersalah menyergap. Bayang masa depan yang semula cerah menjadi gelap gulita. Nurul pun berusaha menerima kenyataan dan berusaha menyesuaikan kehidupan dengan merelakan tangan kiri yang akan dibuat lurus selamanya.

Namun Allah menampakkan kekuasaannya. Berbekal rekomendasi dari seorang dosen, Nurul pun mencoba rumah sakit lain dan MasyaAllah, rumah sakit itu mau memberikan penanganan walau tidak menjanjikan fungsi normal seperti kondisi awal. Biaya yang harus dikeluarkan pun hanya sekitar 30 persen dari biaya awal di rumah sakit sebelumnya. 

 

Ramadhan tahun itu, Nurul masih ingat jelas bagaimana Nurul sibuk dengan fisioteraphy paska operasi. Nurul berseamngat walau harus merelakan rasa sakit yang teramaat saat melakukaknnya. Beberapa bulan setelah fisiotheraphy Nurul terserang penyakit vertigo. Indikasi awal karena trauma paska jatuh dan menyebabkan susunan tulang-tulang keseimbangan di telinga yang terganggu. Nurul pun rutin mengunjungi rumah sakit dengan biaya yang tidak sedikit. Obat untuk saraf cukup mahal dan Nurul tidak memiliki BPJS kala itu. Beberapa bulan kemudian vertigo Nurul pun berkurang, Dokter mengatakan bahwa vertigo bukan sebuah penyakit yang bisa sembuh karena ia bisa kambuh dengan mudah. Dokter menyarankan untuk menjaga pola tidur, makan, dan mengurangi aktivitas di depan komputer atau TV.

Setahun berlalu, ijazah yang masih tak terpakai nyaris tak pernah di kirim kemanapun akhirnya mendapat tempat. Setelah melakukan berbagai tes, Nurul pun diterima bekerja di sebuah Bank BUMD Syariah. Nurul bahagia hingga menitikkan air mata. Namun sayang terburu-buru menandatangaini kontrak kerja sukses membuat Nurul sedikit menyesal. Tak nyaman dengan kondisi luar kota dan prinsip yang terluka. Nurul pun memutuskan untuk mengakhiri kontrak kerja secara sepihak dan tentu saja memiliki konsekuensi tersendiri. Begitu kembali ke kota Kembang, Nurul kembali mengalami cidera kaki kanan sehingga harus di gips selama sebulan dan vertigo pun kembali menyapa. 

Kondisi kesehatan yang semakin drop namun beruntung orang tua yang tidak banyak menuntut title Sarjana Ekonomi cumlaude untuk pekerjaan membuat Nurul selalu bersyukur memiliki orang tua yang selalu percaya dan mendukung anaknya ini. Berpaling dari pekerjaan Nurul  akhirnya memutuskan mencari kursus untuk mengisi waktu luang dan jatuh pada kursus menjahit (bukan keterampilan bahasa inggris atau komputer) Nurul memutuskan mengkuti kursus menjahit untuk melatih kemampuan gerakan kepala yang terkana dampak vertigo. Selain itu menambah kemampuan kinestetik yang menurun drastis paska kecelakaan. Di waktu yang sama Nurul pun diterima bekerja sebagai pengajar bimbel untuk tingkat SD. Hahaha… lucu,,, memang, Nurul sendiri kaget saat tes mengajar, penilai mengajar menganggap sikap ekspresif Nurul menjadi cocok untuk mengajar anak SD. Dimulai lah tahun pertama Nurul mengajar.

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...