Kemaren itu Nurul sama Ela niat
mau makan bareng. Kebetulan kita punya waktu senggang dan udah lama ga ngobrol. Kita juga lagi jadwal 'libur' Solat. Cuz deh kita nyari makan dan janjian di salah satu mini market dekat rumah Nurul.
Ela ini adalah slah satu sahabat SMA yang memang udah deket banget. Tahun lalu kita sempet di tempat kerja bareng yang menambah kedekatan ini. Sayannya tahun ini Ela sibuk karena memiliki amanah di sekolah lain jadi kalo tempat kerja kita udah ga bareng.
Balik lagi ke fokus utama. Maaf ya ini sekalian curhat kayaknya alias diary hari itu. Ela sampai di minimarket sekitar jam 5an sore waktu itu dan kita langsung cuz nyari makan yang sekitaran situ aja, sayangnya tempat yang kita datengin penuh banget akhirnya kita sepakat buat take away aja dan langsung ke rumah Nurul karena kebetulan kita pengen puas ngobrol tanpa gangguan apapun. Kalo tempatnya penuh kan susah ya kalo berlama-lama ga enak sama yang lain. Hehe . . .
Kita pun makan dan ngobrol santai. Sampai secara ga sengaja Ela ceritain pengalamannya ke Nurul.
Suatu hari Ela yang janjian bareng temen ga sengaja datang lebih awal, lebih tepatnya bukan lebih awal tapi sang teman terjebak sama urusan komunitas mereka yang belum selesai. Ela yang lagi habis baterai memutuskan buat nyari mesjid terdekat buat charge HP sekaligus menghubungi temannya itu. Ia akhirnya menemukan mesjid yang cukup besar dan Ela segera men-charge HP nya. Ia sudah mencoba mencari petugas mesjid namun tetap sepi. Ela kebetulan lagi nyari mesjid buat acara komunitasnya yang mau ngadain kajian Pra-Nikah. Karena melihat masjidnya lumayan luas dan aksesnya juga mudah, Ela lalu berpikir untuk mencoba menanyakan perizinan meminjam masjid itu. Namun karena sepi, Ela akhirnya menunggu sampai adzan Maghrib dan ada jemaah yang Shalat juga di mesjid itu. Ela berhasil kenalan sama seorang teteh yang berbaik hati mengantarkannya ke sekretariat masjid itu.
Begitu kagetnya Ela begitu tahu jika masjid itu adalah Masjid Ahmadiyah. Awalnya Ela itu sangka dia salah denger dia kira masjid "Muhammadiyah." tapi pas Ela nanya lagi si teteh kukuh Masjidnya itu Masjid Ahmadiyah. Kaget lah Ela, dia akhirnya masuk sekretariat dan mengobrol sejenak sampai akhirnya adzan isya dan Ela memutuskan untuk Solat.
Awalnya Ela ya biasa saja kayak pas mau Solat Maghrib. Tapi ia mulai merasa aneh ketika melihat kalighrafi yang tertulis di dinding Masjid. Biasanya kan ya sebelah kanan dinding itu ada Lafadz ALLAH dan di sebelah kiri dinding ada Lafadz Muhammad. Nah di mesjid itu bisa ditemukan Lafadz Allah namun Lafadz Muhammad tidak ditemukan kecuali Lafadz Ahmad.
Seperti yang kita tahu sekitar tahun 2011, MUI sudah menyatakan jika Ahmadiyah sesat. Kenapa? Karena mereka mengakui bahwa ada Nabi setelah Nabi Muhammad. yang mereka sebut Mirza Ghulam Ahmad. Pendiri Ahmadiyah yang dipercaya membawa risalah untuk melanjutkan tugas Nabi Muhammad SAW. Namun Ahmadiyah bukanlah gerakan sesat yang terlihat dipermukaan karena Ahmadiyah bersikukuh mereka tidak sesat dan mereka tidak mengkafirkan muslim/ah di luar mereka seperti aliran sesat kebanyakan. Masjid mereka juga terbuka untuk umum, buktinya teman Nurul bisa masuk. Dan mereka tak menajiskan kehadiran orang diluar golongan mereka.
Yang tahu dengan LDII mungkin pernah dengar jika ada orang diluar golongan mereka yang ikut Solat atau duduk di sekitar mereka, biasanya mereka bersihkan karena menganggap yang diluar mereka itu juga adalah kotor dan belum tersucikan.
Kembali lagi ke Ahmadiyah, Ntah lah mungkin Ahmadiyah juga terbagi-bagi lagi ya? Ada yang betul-betul sesat atau ada yang cukup moderate Nurul juga kurang paham. Yang pasti kita tetap harus waspada dimanapun berada. Lebih baik masuk masjid yang banyak jemaah dan memang sudah cukup terkenal daripada kita masuk masjid yang akan menyinggung mereka nantinya.
Selalu hati-hati dan juga tak boleh sembarangan bilang sesat-sesat, bid'ah-bid'ah sama orang atau golongan orang. Karena yang berhak menilai keimanan seseorang itu hanya Allah saja. Untuk Ahmadiyah kenapa Nurul sempet bilang 'sesat' di atas karena MUI pernah menyatakannya. Wallahu a'lam . . .
No comments:
Post a Comment