Menelisik kisah semut Nabi Ibrahim

Assalamualaikum waramatullahi wabarakatuh . . .

Masya Allah sudah
lama sekali blog ini tidak tersentuh. Sebenarnya bukan tidak peduli tapi Nurul sudah "selingkuh" dengan blog lain. Anehnya blog satunya lebih ke hobby Nurul buat review atau nulis tentang film tapi lumayan sering Nurul update. Astagfirullah padahal harusnya mendatangkan kebaikan ya. Tulisan juga harus bisa mendarangkan kebaikan, karena kita tidak pernah tahu hal apa, amalan apa yang akan menyelamatkan kita dari api neraka.

InsyaAllah, Nurul akan mulai aktif lagi menulis baik tulisan hikmah alakadarnya, share tentang buku, atau mungkin Film islami atau film menarik yang mendatangkan hikmah. Nurul juga sudah bikin akun wattpad yang insyaAllah akan menjadi akun untuk Nurul menulis karya fiksi nantinya. ^^

Di sore hari ini dan kebetulan lagi libur dari kesibukan mengajar, Nurul mau bahas tentang kisah semut. Semut bukan sembarang semut tapi semut yang mendatangkan hikmah. Semut ini hidup di masa Nabi Ibrahim. Mungkin sahabat sudah banyak yang tahu ceritanya. Nurul mau bahas sedikit saja sekaligus kisah semut ini yang menginspirasi Nurul untuk kembali memainkan jari di blog utama ini.

Suatu ketika semut melihat Nabi Ibrahim dibakar api oleh Raja Namrud. Si semut lalu segera mencari air. Dia lalu mengambil setetes air dari sungai dengan kepayahan. Burung gagak yang melihatnya lalu bertanya.

"Semut, apa yang kau lakukan? Kau tampak kepayahan membawa setetes air itu."

"Tidak tahukah kamu, Gagak? Jika Nabi Ibrahim sedang dibakar api oleh Raja Namrud. Aku membawa air ini untuk menyelamatkan Nabi Ibrahim."

Burung gagak tertawa meremehkan si semut."Hahaha, bodoh sekali kamu. Api yang begitu besar mau coba kau padamkan dengan air setetes itu. Itu perbuatan sia-sia!"

Dengan tenang semut menjawab, "Aku tahu jika setetes air ini tidak ada artinya untuk melawan kobaran api yang sangat besar. Namun setidaknya apa yang aku lakukan ini bisa memastikan di pihak manakah aku berdiri."



Lihatlah kisah semut ini. Semut tahu apa yang dilakukannya kecil atau bahkan tak berarti tapi semut ingin memastikan jika ia berada di jalan Allah. Tak penting hasil yang akan dituai tapi ia bertekad untuk membantu dan beramal di jalan Allah. Walau ia dicemooh, ia bertekad untuk tetap melakukan kebaikan yang ia yakini benar.

Kisah semut ini adalah awal mula Nurul ingin kembali aktif menulis di blog yang sudah terlupakan ini. Nurul tahu betul blog ini tidaklah terkenal, view-nya hanya sedikit. Bahkan mungkin tulisan yang Nurul buat tidak akan ada yang membaca. Namun Nurul ingin menjadi 'seperti' semut. Bukan mengejar pembaca, bukan mencari perhatian tapi setidaknya Nurul menggunakan jari-jari ini menulis kebaikan. Walau tak berarti walau tak ada yang bersedia membaca. Nurul berharap jika tulisan yang berisi kebaikan ini akan mendatangkan pahala atau setidaknya menjadi saksi bahwa dimana jari ini menulis rangkaian kata untuk kebaikan. Karena Allah.

Janganlah kita meremehkan kebaikan walau sedikit. Karena sedikit jika dilakukan terus menerus lambat laut akan menjadai banyak. Dan kebaikan besar namun hanya dilakukan sesekali lambat laun akan terhapus karena dosa yang selalu kita lakukan.

Semoga tulisan ini memberikan hikmah bahwa berjuang dengan hal kecil itu lebih utama daripada tidak sama sekali. Semoga kita semua tetap bisa istiqomah dalam mencari dan menggapai ridho Allah dimanapun, kapanpun, dan aktivitas apapun yang kita lakukan. Aamiin . . .

Bandung, 7 Januari 2019

Yang selalu berusaha memperbaiki diri




No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...